Minggu, 07 Agustus 2011

Sopir Pejabat Main Proyek

beberapa hari yang lalu atau sekitar bulan lalu, tiba ada telpon yang masuk. Nomor Hp tak ada dalam buku kontak. bila ada nomor tanpa nama yang muncul di handphoneku, biasanya menanyakan nama setelah menjawab salamnya.
dengan siapa nih?  tanyaku.
sipenelpon tak langsung menjawab, justru malah nanya ke saya/konfirmasi ” ini dengan pak (sebut nama saya)”? tanyanya.
jujur saya bilang ” iya pak”.
setelah ngobrol saya lalu kaget, persoalannya karena dia bilang ini dari kajari. di pikiran saya ada masalah apa?  seingatku saya tak punya kasus atau masalah hukum. ngobrol pun lanjut dengan menanyakan ” ada yang bisa saya bantu, pak ?”.
kita bisa ketemu di mana pak ?  pintanya.
karena saya tahu dia orang kejaksaan lalu saya bilang kita ketemu di kantor bapak saja. saya berani untuk ketemu dikantornya karena tahu saya tak punya sangkut paut pelanggaran hukum.
“jangan, jangan pak” tolak pintaku.
lalu sepakat untuk ketemu di tempat kerjaku dan tentukan waktu ketemu.
singkat cerita kita akhirnya ketemu. saat ketemu dia lalu memperkenalkan diri. ternyata memang bapak ini dari kejaksaan dan mengaku bahwa dia adalah sopir dari kepala kejari.
lantas saya ngomong sambil bercanda “bapak jangan sebut2 instansi ( kejaksaan ) kalo nelpon sebut langsung saja nama bapak”.
sambil senyum2 dia menanggapi dengan berkata gak usah kaget, santai saja mas. tak berlama-lama lalu menanyakan apa yang perlu saya bantu?
pak sopir pun menjelaskan bahwa keperluannya untuk mengambil perencanaan/gambar desain yang saya desain. kebetulan memang anggaran pekerjaan tersebut nilainya dibawah 100 juta. menurut aturannya pekerjaan tersebut tidak dilelang terbuka. sebagai perencana saya lalu koordinasi sama pihak pemberi kerja (ppk) untuk konfirmasi. ppk lalu mengiyakan untuk di berikan desain pekerjaan tersebut. habis menyerahkan desain tersebut pak sopir ini lalu permisi pulang.
beberapa hari kemudian melalui orang suruhan mendatangi saya. tujuannya sama dengan pak sopir yang lalu. menurut orang tersebut bahwa yang menyuruhnya adalah sopir dari orang nomor satu (bupati). saya juga tidak menolak memberikan desain / gambar perencanaan pekerjaan dengan lokasi yang berbeda dari sopir yang datang sebelumnya. tentu saja pak sopir sudah koordinasi sama ppk nya.
selanjutnya yang ingin saya ceritakan kalau yang datang berikutnya dengan tujuan yang sama adalah sopir yang saya tahu itu sopir wakil bupati.
menurut informasi pelaksaan pekerjaan dilapangan nanti bukan lagi si sopir itu yang melaksanakan perkerjaan. tapi pekerjaan tersebut sudah berpindah tangan kepada orang yang berminat melaksanakan. tentu dengan komitmen sekian persen dari anggarannya mereka ambil. sisa anggarannya sepintar pintarnya pelaksana yang mengelola untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. yang pasti sebisa-bisanya dapat untung dari sisa yang terpotong oleh sopir pejabat bukan buntung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar