Rabu, 25 November 2009

Polisi dan Binatang


suatu sore, sambil minum kopi ditemani sebatang rokok saya melihat ayam2 berkeliaran dekat gundukan sampah tak seberapa dari arah depanku. baru kali ini lagi saya berkesempatan melihat ayam2 tetangga berkeliaran mengais2 sisa makanan dan serangga2 kecil di tumpukan sampah itu. Tak tega juga melihat ayam2 itu cuma mengais2, saya kemudian mengambil beberapa genggam beras. sambil menawarkan beras di tanganku dan memanggil kur..kur...kur, ayam2 itu pada berlarian ke arahku. terlihat ayam2 mematuk/makan beras yang kuberikan dengan lahapnya.

memperhatikan ayam2 itu makan melahap habis beras yang kuberikan, teringat pelajaran biologi tentang rantai makanan dan teman saya yang sekarang entah dimana ? teman ini adalah seorang akan bertugas di daerah saya. perkenalanku dengannya berkat teman kuliah. saya yang di minta untuk membantu mencarikan rumah kos. sebelum dapat kost-an yang cocok saya menawarkan kamarku sebagai tempat sementara sambil cari2 rumah kost.


tentang rantai makanan ini masih ada ingatan sedikit. dalam pelajaran biologi tentang rantai makanan ini, adalah proses saling keterkaitan antar mahluk hidup dgn mahluk hidup lainnya dalam makan memakan. ada yang menjadi produsen, konsumen I, konsumen II. untuk contoh kasus diatas adalah ayam sebagai konsumen dan serangga sebagai produsen. kalau kasus seperti yang pernah nonton di tv, ada ular yang makan kambing bulat2 maka ular sebagai konsumen dan kambing sebagi produsen.

malam2 nginap dikamarku, kita saling kenal. biasalah tanya yang standar2, tanya nama, asal/suku dan yang remeh temeh lainya. dari ngobrol2 malam itu ternyata dia adalah seorang polisi bertugas di mapolres bagian reskrim dikota saya. dia seorang perwira lulusan akpol dengan pangkat 2 balok. malam2 selama sekitar seminggu nginap di kamarku, saya dapat pengetahuan tentang beberapa bahasa2 slang di kepolisian, seperti 86, dititipkan,ATK, rembang pati (rp), dll.

sekali waktu saya mengajak jalan2 teman ini untuk melihat situasi kotaku, tak disangka waktu itu ada swepping oleh polisi lalu lintas. waktu itu kami bisa lolos dari tilang pak polisi karena kelengkapan dan surat2 motorku oke. mungkin dari pengalaman berhubungan dengan polisi lalulintas sebelumnya, jadinya kelengkapan motorku dilengkapi. pelanggarannya seperti sim mati, stnk terlupa, pajak belum bayar, kaca spion tdk ada, suara knalpot gaduh, dll.

ada pengalaman yang tak bisa terlupakan sampai sekarang. sewaktu masih kuliah, pernah karena cuma suara motorku yang berisik sampai kena pasal suara gaduh, kena tilang. tapi berhubung, isi kantong tinggal uang seribu 3 lembar, saya berterus terang uang cuma segitu. pak polisi juga mengerti kalo keuangan mahasiswa, jadinya pak polisi memanggil saya masuk ke warung coto pinggir jalan. pak polisi bilang setor saja berapa2 disitu, terjadilah transaksi dibawah meja warung. dengan perasaan lega sekaligus jengkel saya melanjutkan perjalananku. Dalam hati saya berpikir, mau juga terima uang yang nilainya relatif kecil [rp. 3000].

pengalaman ini kemudian saya ceritakan sama temanku, kata dia kadang citra polisi jelek karena ulah polisi lalu lintas di jalan. Teman polisi juga bilang "memang kalau polisi lalu lintas itu rejekinya, rejeki ayam". lantas "kalau polisi reskrim rejeki apa mas ?" tanyaku kemudian. dia jawab "rejeki ular".


sekarang status reskrim sudah berevolusi menjadi "buaya". entah siapa yang menjadi produsennya, mungkinkah anggodo ? sebagai buaya [konsumen], siapa ?
SALAM PAKIA...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar